Menjelang Tahun Baru Imlek yang akan jatuh di tanggal 28 Januari 2017 ini, pasti jadi moment penting bagi yang akan merayakannya. Termasuk Vihara dan Klenteng di kota Bandung yang sudah mulai melakukan persiapan untuk perayaan besar ini.
Apa sih bedanya Vihara dan Klenteng ? Vihara atau sering juga sidebut Wihara adalah rumah rumah ibadah bagi umat Budha, bisa juga dinamakan kuil. Sedangkan Klenteng adalah rumah ibadah bagi penganut Taoisme dan Konfuciusisme.
Mengenal lebih dekat dengan rumah-rumah ibadah ini, berikut Vihara dan Klenteng yang terkenal di Kota Bandung.
Klenteng Satya Budhi, Vihara Samudra Bhakti, Vihara Buddhagaya
Klenteng Satya Budhi ini termasuk dalam kawasan Pecinan di Kota Bandung dan merupakan Klenteng tertua di Bandung. Budaya Tiongkok masih sangat melekat di bangunan Klenteng yang diresmikan tahun 1855 dengan nama Hiap Thian Kong. Hiap Thian Kong ini memiliki arti yaitu Istana Para Dewa.
Lalu kemudian pada tahun 1965, karena adanya larangan penggunaan nama Tionghoa tidak diakuinya agama Konghucu oleh Pemerintah Indonesia, maka Klenteng ini berubah nama jadi Vihara Satya Budhi. Seiring perubahan pemerintahan, pada masa Presiden Abdurahman Wachid nama Klenteg diresmikan kembali dan mulai diakui agama Konghucu.
Kompleks Klenteng ini digunakan sebagai temoat ibadah untuk tiga agama yaitu Tao, Kunghucu, dan Budha yang dikelola oleh Yayasan Satya Budhi. Ada tiga bangunan utama yang berdiri dalam komplek ini yaitu Klenteng Satya Budhi, Vihara Samudra Bhakti, dan Vihara Buddhagaya.
Klenteng Satya Budhi digunakan oleh umat Kunghucu untuk beribadah. Sedangkan Vihara Samudra Bhakti dipadati setiap harinya untuk ibadah umat Budha, dan Vihara Buddhagaya yang digunakan oleh umat Tao. Ketiga bangunan ini saling berdekatan dan hanya berjarak sekitar 400 meter saja.
Bagian luar tempat ibadah ini didominasi warna merah, hijau dan kuning. Di dindingny akan terlihat relief lukisan para Dewa Tiongkok yang sengaja dibuat warna cerah. Lalu di tengah halaman Klenteng ada patung Dewa Guan Gong yang sedang menunggang kuda. Patung ini dipercaya bakal melindungi siapa pun yang masuk ke dalam bangunan ini.
Tempat ibadah ini sering kali dijadikan tempat kunjungan wisata karena bangunan kuno dan sejarahnya, bahkan pengunjung pun banyak yang bukan penganut agama Budha maupun Konghucu. Pengelola tempat ini memperbolehkan siapa pun untuk masuk asalkan tidak menggangu orang yang sedang beribadah. Sedangkan untuk mngabandungadvertiser.com/l foto hanya diperbolehkan di bagian luar saja.
Lokasi : Jl. Kelenteng No.10/23 A , Bandung
Vihara Vipassana Graha
Vihara Vipassana Graha adalah tempat ibadah bagi umat Budha Theravada. Vihara ini punya sejarah yang cukup panjang sampai akhirnya bisa berdiri sampai sekarang. Pada tahun 1976, dimana didirikan Majelis Pandita Budha Dhamma Indonesia (MAPANBUDHI) yang kemudian berubah nama menjadi Majelis Agama Budha Theravada Indonesia (MAGABUDHI), umat Budha Theravada di Bandung belum punya vihara sendiri.
Mereka harus melakukan pertemuan dan kebaktian yang selalu berpindah-pindah tempat. Mulai dari Gedung Permaba di Jalan Klenteng, lalu pindah ke Jalan Kebonjati, dan selanjutnya ke Gg. Ijan.
Dengan proses yang panjang dan dibantu oleh Bikkhu dari Thailand yang bernama Bhante Chaluai Sujivo maka berdirilah Vihara Vipassana Graha di tahun 1992. Pembangunan ini dibiayai oleh Yayasan Bandung Succino Indonesia dan mendapat bantuan dana dari Thailand melaui bantuan Kunjingpanklea Yongchaiyut, yaitu seorang puteri yang berasal dari Indonesia dan merupakan istri dari Perdana Menteri Thailand saat itu, Chauvalit Yongchaiyut.
Sampai saat ini Vihara Vipassana Graha yang memiliki bangunan khas Thailand ini masih ramai digunakan sebagai tempat ibadah umat Budha dan juga menjadi tempat singgah para Bikkhu dari Thailand yang akan melakukan vassa atau meditasi.
Hal yang menarik di sini adalah kita bisa memutari bangunan utama vihara dengan meletakkan koin logam di setiap tempat yang sudah disediakan. Kalau sudah selesai berputar, kita bisa mengabandungadvertiser.com/l ramalan sesuai jumlah koin yang tersisa. Selam memutari Vihara, kita akan melihat dinding bagian luar vihara yang terdapat relief tentang siksa neraka sesuai dengan dosa yang diperbuat selama hidup. Hal ini bisa jadi bahan instropeksi diri juga ya.
Lokasi : Jl. Kolonel Masturi No. VIII, Cikahuripan, Lembang, Kabupaten Bandung Barat
Vihara Dharma Ramsi
Vihara Dharma Ramsi adalah juga salah satu vihara yang tertua di Kota Bandung yang berdiri sejak tahun 1952 oleh Bhiksu Anense dan Amoise dari negeri Tiongkok. Saat ini vihara yang mengalami pemugaran sudah berganti kepengurusan selama beberapa generasi.
Pemugaran yang dilakukan lebih difokuskan pada eksteriorĀ dan interior vihara seperti bagian tembok dan pintu. Hal yang menarik di vihara ini adalah kegiatanproduksi lilin sendiri, dari mulai lilin kecil sampai lilin dengan ukuran besar.
Selain itu di Vihara Dharma Ramsi punya suatu grup kesenian Liong atau Barongsai Dharma Ramsi. Sampai sekarang Vihara yang berada di pusat Pecinan Kota Bandung ini sering kali jadi pusat perayaan Tahun Baru Imlek dengan pertunjukan tarian Barongsai dan sajian nyala lilin yang indah.
Lokasi : Jl. Cibadak Gg. Ibu Aisyah No.18/9A Kota Bandung